Melanjutkan Cerita Tentang Kucing yang Dapat Berbicara
03 Desember
03 Desember
Sabtu ini Senemu cukup ramai. Kami bertujuh duduk melingkari meja panjang yang disusun khusus untuk kegiatan menulis. Sebenarnya kami datang sejak sore, namun perbincangan seru membuat kami tak juga menulis hingga hari menjelang petang. Setelah tak juga menemukan tema yang pas, kami memutuskan untuk latihan melanjutkan prompt. Dari tiga prompt yang diajukan, kebetulan prompt saya yang terpilih sebagai tema malam ini. Prompt ini bercerita tentang seorang anak yang tiba-tiba bertemu seekor kucing yang dapat berbicara. Tak sabar rasanya mendengarkan cerita teman-teman, pasti luar biasa!
Pembacaan dibuka oleh Rizal dengan cerita yang membuat kami berkaca-kaca. Cerita Rizal diawali dialog seorang anak dengan seekor kucing, kemudian diakhiri dengan monolog ibu dari anak tersebut. Monolog inilah yang membuat kami tak sanggup menahan haru.
Cerita berikutnya dari Dani. Dani memilih bercerita dari sudut pandang seekor kucing bernama Oren. Bagaimana takjubnya ia ketika bertemu dengan seorang manusia yang dapat berbicara!
Sementara itu, Uli bercerita tentang induk kucing yang tak putus berdoa agar anaknya dapat berubah menjadi manusia. Menurut induk kucing tersebut, manusia adalah makhluk paling sempurna yang tak mungkin melahirkan lima anak sekaligus kemudian kehilangan empat diantaranya karena air hujan. Di akhir cerita, Uli menambahkan twist yang membuat kami meringis.
Berikutnya giliran Sapta bercerita. Nuansa setting post-apocalytic tak bisa lepas dari benak saya saat ia menggambarkan situasi tempat tinggal seorang anak kecil yang hacur oleh bom. Anehnya, setelah kejatuhan bom, semua makhluk hidup di tempat itu dapat berbicara. Mulai dari pepohonan hingga hewan saling menyerang hingga tersisa seorang anak kecil dan seekor kucing hitam saja.
Setelah mendengarkan cerita post-apocalypse, kami dibawa kembali ke dunia keseharian saat Prima menceritakan tentang seekor kucing yang suka meminta permen. Di akhir cerita, ia membuka tabir kucing tersebut.
Seperti sebelumnya, saya kebagian menutup acara menulis Sabtu ini. Saya menulis tentang kucing jadi-jadian yang sedang berwisata ke bumi, kemudian bertemu anak kecil di kegelapan malam.
Setelah pembacaan cerita selesai, kami membahas kesulitan menulis malam ini. Hampir semua sepakat bahwa ide kucing ini memang sangat menarik. Namun ide yang terlalu menarik justru sulit dikembangkan, karena kami terlalu semangat mengeksplor ide cerita di kepala sementara waktu menulis semakin menipis.